Pendahuluan
Organisasi terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda
dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan
terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya ketika terjadi suatu organisasi, maka sesungguhnya
terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik .
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap
organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi
tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian.
Karena itu keahlian untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap
pimpinan atau manajer organisasi.
Makalah ini mencoba menyajikan apa yang sebenarnya
didefinisikan sebagai konflik dalam suatu organisasi, pandangan mengenai
konflik, sumber dan jenis konflik, serta bagaimana melaksanakan manajemen
konflik dalam organisasi.
Definisi Konflik
Terdapat banyak definisi mengenai konflik yang bisa jadi
disebabkan oleh perbedaan pandangan dan setting dimana konflik terjadi. Dibawah
ini bisa terlihat perbedaan definisi tersebut:
Conflict is a process in which one party perceives that its
interests are being opposed ora negatively affected by another party . Konflik
merupakan suatu bentuk interaksi diantara beberapa pihak yang berbeda dalam
kepentingan, persepsi dan tujuan .
Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih
banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang
langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian,
atau pandangan yang berbeda. Para anggota organisasi atau sub-unit yang sedang
berselisih akan berusaha agar kepentingan atau pandangan mereka mengungguli
yang lainnya .
Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih
menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh
salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua
belah pihak .
Konflik adalah perilaku anggota organisasi yang dicurahkan
untuk beroposisi terhadap anggota yang lain, prosesnya dimulai jika satu pihak
merasa bahwa pihak lain telah menghalangi atau akan menghalangi sesuatu yang
ada kaitan dengan dirinya atau hanya jika ada kegiatan yang tidak cocok .
Di antara definisi yang berbeda itu nampak ada suatu
kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau
perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan lain sebagainya. Terlepas dari
faktor yang melatarbelakangi terjadinya suatu konflik, gejala yang mengemuka
dalam suatu organisasi saat terjadi konflik adalah saat individu atau kelompok
menunjukkan sikap “bermusuhan” dengan individu atau kelompok lain yang
berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan aktivitas organisasi.
Pandangan Mengenai Konflik
Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan
karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal
yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi
pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang
terbaik. Pandangan itu adalah sebagai berikut :
1. Pandangan Tradisional (The Traditional View).
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk.
Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari.
Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah
violence, destruction, dan irrationality.
2. Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View).
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa
yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus
diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi
peningkatan kinerja organisasi.
3. Pandangan Interaksionis (The Interactionist View).
Pandangan ini
cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok
yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis,
tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran
ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan,
sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan
kreatif.
Jenis-jenis Konflik :
Konflik dalam diri individu, terjadi bila pada waktu yang
sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Konflik antar individu dalam organisasi yang sama karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik antar individu dan kelompok seringkali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas,
yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama. Tipe
konflik ini yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar
lini dan staf, pekerja dan pekerja.
Konflik antar organisasi, konflik ini biasanya disebut
dengan persaingan.
Sumber Konflik :
Menurut Agus M. Hardjana terdapat sepuluh penyebab munculnya
konflik , yaitu:
Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan
komunikasi,
Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang
dipegang,
Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti
fasilitas kerja dan jabatan,
Masalah wewenang dan tanggung jawab,
Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa
yang sama,
Kurangnya kerja sama,
Tidak mentaati tata tertib dan peraturan kerja yang ada,
Ada usaha untuk menguasai dan merugikan,
Pelecehan pribadi dan kedudukan,
Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja sehingga orang
menjadi merasa tidak jelas tentang apa yang diharapkan darinya.
Metode Penyelesaian Konflik :
Metode penyelesaian konflik yang disampaikan oleh Stoner,
yaitu :
Dominasi dan Penguasaan, hal ini dilakukan dengan cara
paksaan, perlunakan, penghindaran, dan penentuan melalui suara terbanyak.
Kompromi,
Pemecahan masalah secara menyeluruh,
Perundingan